google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Senin, 14 Desember 2015

Menjelang Kemerdekaan Indonesia 2

  • Senin, 14 Desember 2015
  • KLVD
  • Share
  • Selasa, 14 Agustus 1945, Ir Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman tiba ke tanah air. Sutan Sjahrir memaksa, supaya Ir. Soekarno segera bergegas memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

    Dikarenakan, pertemuan di Dalat-Vietnam hanyalah tipu muslihat dan akal licik Jepang untuk mengulur waktu, karena sesungguhnya Jepang telah menerima kekalahan total.

    Dan Jepang resmi menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu di atas kapal Amerika Serikat Missouri. Saat itu, tentara laut Jepang masih menguasai perairan Indonesia dan Jepang berjanji kepada sekutu untuk menyerahkan kekuasaan Indonesia ketangan sekutu.

    Hal ini dikarenakan angkatan laut Jepang harus tunduk dibawah angkatan laut sekutu khusus untuk mempertahankan status quo yang berarti, tidak boleh merubah keadaan sedikitpun baik administasi maupun politik dan tugas utama bala tentara Jepang hanyalah menjaga keamanan dan ketertiban umum saja.

    Golongan muda seperti Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Shaleh  segera mendesak Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera mengumumkan hari kemerdekaan Indonesia. Namun, golongan tua seperti  Ir. Soekarno tidak ingin gegabah dalam memproklamasikan kemerdekaan, karena  dianggap dapat memicu pertumpahan darah dan berakibat fatal jika para patriot Indonesia belum siap. Dikarenakan diantara pejuang Indonesia saat itu ada yang Pro Jepang dan ada pula yang anti Jepang.

    Ir. Soekarno mengingatkan Mohammad hatta, bahwa Sutan Sjahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan, dikarenakan ini adalah wewenang PPKI. Sementara itu, Sutan Sjahrir menganggap PPKI adalah suatu badan buatan Jepang dan jikalau proklamasi sampai terjadi melalui PPKI, maka kemerdekaan Indonesia yang selama ini di harapakan, hanya merupakan hadiah dari Jepang.

    Rabu, 15 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Mohammad hatta mencoba mendatangi GUNSEI (penguasa militer Jepang), guna mendapatkan konfirmasi dikantornya di Jalan Medan Merdeka (koningsplein), akan tetapi kantor tersebut telah kosong. Mereka kemudian melanjutkan ke kantor laksamana Muda Tadashi Maeda (BUKANFU) di Jalan Medan Merdeka Utara. Saat itu Laksamana Muda Tadashi Maeda bertempat tinggal di Jalan Imam Bonjol 1.  Laksamana Muda Tadashi Maeda tidak dapat memberikan konfirmasi apapun, hanya ucapan selamat atas keberhasilan mereka ke Dalat-Vietnam dan dia masih menunggu perintah lebih lanjut dari Tokyo.
    Sepulang dari tempat Maeda, Ir. Soekarno dan Mohammad hatta segera mempersiapkan pertemuan/ sidang  PPKI.

    Kamis, 16 Agustus 1945 pukul 10 pagi di jalan Pejambon no.2  Ir. Soekarno dan Mohammad hatta hendak menghadiri  pertemuan PPKI. Akan tetapi, rencana pertemuan itu batal dikarenakan, pemimpin PPKI, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta telah diculik oleh para golongan muda seperti, Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Shaleh untuk dibawa ke Rangasdengklok. Selain itu, pihak KAIGUN atau Angkatan Laut Jepang dibawah pimpinan Laksamana Shibata, didesak oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda, untuk menyimpang dari status-quo. Laksamana Muda Tadashi Maeda segera mengambil tindakan pencarian oleh perwira-perwira KAIGUN.


    Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 08.00 WIB, Ir. Soekarno masih tertidur dikamarnya, Jalan Pegangsaan Timur 56 Cikini.  Beliau terkena gejala malaria tertian. Suhu badannya meninggi dan terlihat lelah kurang tidur dalam beberapa hari bersama para sahabat-sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia ditempat kediaman Laksamana Muda Maeda.
    Pukul 09.00 WIB, Ir. Soekarno terbangun dan berganti pakaian serba putih dan segera menemui Mohammad Hatta. Tepat pada pukul 10.00 WIB, keduanya berjalan menuju serambi rumah dan mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seantero  pelosok negeri dan revolusi Indonesia telah dimulai.

    Bendera merah putih yang dijahit sendiri oleh ibu Fatmawati, kain putih berasal dari kain seprei tempat tidur dan kain merah dari kain tukang soto mulai dikibarkan di iringi nyanyian lagu Indonesia Raya oleh para patriot-patriot Indonesia tanpa di iringi konduktor, alat music dan pancagram. Bendera merah putih hanya di kibarkan melalui sepotong bambu kasar yang ditanam beberapa saat sebelum acara dimulai, dengan menggunakan katrol dari cangkir bekas minum sahur Mohammad Hatta. Dan inilah upacara sacral yang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia selama hamper tiga setengah abad lamanya.
    c
    Bontang Onlen