█
Jumat, 28 Oktober 2016
Bajingan
Bajingan adalah sebuah istilah kata yang muncul di tanah Jawa untuk menunjuk seorang pengendara /sopir gerobak sapi. Lantas kenapa istilah bajingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian?...
Padahal kata itu adalah merujuk sebuah profesi seseorang?.....
Dahulu kala pada tahun 1940 an, di daerah Banyumas sarana transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin berkegiatan di kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan jasa gerobak sapi (cikar).
Pada saat itu gerobak sapi merupakan satu satunya alat transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa mereka ke kota, selain berjalan kaki. Namun kedatangan cikar yang disopiri oleh Bajingan ini tidak menentu, bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam.
Karena ketidak pastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin numpang gerobak sapi terpaksa jalan kaki.
Nah.. Karena itulah keluar kalimat sedikit sindiran atau umpatan seperti ini : “Bajingan suwe tenan to tekane!” (bahasa Jawa) yang artinya: “Bajingan lama sekali sih datengnya”. Dari situ Bajingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan.
Dahulu, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya “Seka ngendi bae kowe, suwe temen to kaya bajingan” yang artinya: Darimana saja kamu, lama sekali seperti bajingan. Namun pada masa sekarang, bajingan menjadi kata umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas sesuatu.
Artikel ini diposkan oleh: Ali Hasan Efendi
Pasal 28C (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.FACEBOOK